kesehatan

Kesehatan

Senin, 05 September 2011

Trauma Pada Meniskus

Luka traumatis pada meniskus sering terjadi pada anak muda yang aktif, dengan perkiraan 60 sampai 70 sobekan setiap 100,000 orang. Tekanan dan kompresi atau stres yang melebihi kekuatan dari matriks meniskus pada arah manapun akan merobek jaringan. Degenerasi intrinsik dari meniskus dimulai pada usia 30 tahun dan bertambah seiring dengan meningkatnya usia, dan terjadi baik pada laki-laki maupun wanita, baik pada individu yang aktif maupun tidak aktif. Seringkali, pasien-pasien ini tidak dapat mengingat adanya luka yang spesifik. Robekan degeneratif seringkali memiliki bentuk yang yang kompleks. Analisis histologik dari jaringan meniskus yang mengalami degenerasi memperlihatkan degenerasi musinosus, hiposelularitas dan hilangnya kumpulan serat kolagen normal. Jaringan meniskus degeneratif dikatakan memiliki potensi yang lebih rendah untuk penyembuhan; oleh karena itu penampilan dan konsistensi dari meniskus harus sangat diperhatikan pada saat pembedahan.
            Walau bagian perifer dari meniskus memiliki pembuluh darah, tetapi sebagian besar meniskus merupakan jaringan avaskular dan membutuhkan nutrisi yang didapatkan melalui difusi cairan sinovial. Robekan meniskus di daerah perifer memiliki potensi untuk sembuh, sedangkan robekan yang terjadi pada zona avaskular dari meniskus memiliki kemungkinan sembuh yang rendah.
                     Gambar 1. Robekan Meniskus
                     Dikutib dari : Cambel

            Penelitian menunjukkan bahwa sel-sel pada zona permukaan memiliki peranan penting dalam proses perbaikan defek pada meniskus. Pemeriksaan terhadap respon sel pada model in vivo untuk penyembuhan luka pada meniskus memperlihatkan bahwa sel-sel permukaan mengekspresikan alpha smooth muscle actin yang bermigrasi ke arah luka.
            Konsep bahwa meniskus akan beregenerasi setelah diangkat, dulu menjadi dasar dari dilakukannya total meniscectomy. Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa setelah meniscectomy terjadi pertumbuhan kembali pada sebagian struktur yang dengan bentuk dan tekstur  yang sama dengan meniskus yang diangkat. Hipotesis yang dibuat adalah bahwa pendarahan dari pembuluh darah perimeniskal akan membentuk bekuan daarah di ruangan periferal sendi. Walaupun jaringan regenerasi menyerupai jaringan meniskal perifer yang normal, material pembentuk dan fungsi dari meniskus hasil regenerasi ini masih tidak diketahui.
            Pergerakan sendi dan kemampuan sendi menahan beban adalah 2 parameter penting yang dapat mempengaruhi penyembuhan meniskus dan harus diperhatikan dalam perencanaan manajemen setelah operasi. Efek dari imobilisasi telah diteliti pada beberapa model binatang. Sebuah penelitian pada anjing menemukan bahwa imobilisasi cast dari lesi meniskal yang telah diperbaiki pada zona vaskular mengakibatkan penurunan pembentukan kolagen 10 minggu pada kelompok imobilisasi dibandingkan dengan kelompok kontrol normal dengan imobilisasi.
            Tingkat keparahan dan tipe beban yang mencederai meniskus berpengaruh terhadap pemulihan meniskus dipengaruhi oleh variasi dari pola kerusakan pada meniskus. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan tipe, tingkat keparahan dan durasi dari beban yang diperoleh dan pengaruhnya terhadap penyembuhan meniskus.
            Teknik penggunaan MRI pada lutut meningkatkan kemampuan untuk mengevaluasi proses patologis pada meniskal dengan lebih akurat. Teknik supresi lemak dengan seleksi frekuensi yang dapat memperlihatkan cairan di daerah yang diperbaiki sekarang dapat dipergunakan untuk membedakan antara jaringan yang telah pulih dan robekan persisten. Teknik ini dapat mengeliminasi kebutuhan untuk pemberian intra artikular kontras untuk melihat penyembuhan meniskal.
           MRI memberikan informasi mengenai air, kolagen dan komponen GAG dari matriks. Teknik MRI terbaru meningkatkan kemampuan untuk mengevaluasi struktur arsitektur dan komposisi biokemikal dari jaringan ikat pada matriks ekstraselular.
Indikasi untuk perbaikan meniskus telah dijelaskan dengan baik. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan adalah lokasi, tipe, panjang luka dan juga kualitas dari jaringan, kronisitas dari robekan, umur pasien dan stabilitas lutut. Faktor yang paling penting untuk diketahui adalah lokasi robekan, karena robekan pada bagian perifer dengan vaskularisasi dapat meningkatkan respon kesembuhan. Robekan yang ideal untuk diperbaiki adalah yang akut, vertical dan terletak longitudinal di sepertiga perifer dari meniskus (red-red tear) pada pasien muda yang memiliki lutut yang stabil atau akan menjalani rekonstuksi yang berhubungan dengan ACL. Mengingat betapa pentingnya meniskus, perbaikan juga dapat dilakukan pada robekan yang mencapai pusat meniskus yang avaskular (red-white tear) pada pasien muda. Tingkat kesembuhan setelah perbaikan yang dilakukan pada meniskus bagian lateral tampak lebih baik dibandingkan pada meniskus bagian medial, oleh karena itu indikasi untuk perbaikan meniskus bagian lateral lebih besar.
Teknik yang tersedia untuk memperbaiki meniskus meliputi metode open, outside-in, inside-out, all inside arthroscopic dan Fachry’s Technique. Beberapa teknik telah dikembangkan untuk menyediakan perdarahan untuk bagian dalam meniskus yang avaskular. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa dengan menghubungkan lesi di daerah avaskular dengan suplai darah pada perifer melalui pembuluh darah dapat menyebabkan lesi ini sembuh dengan normal. Walaupun demikian, pembuatan saluran pembuluh darah yang besar dapat mengganggu arsitektur serat kolagen yang normal pada meniskus perifer. Metode lain untuk menstimulasi pertumbuhan vaskularisasi telah dicoba, termasuk abrasi sinovial, penggunaan pedicle graft of synovium dan meniscal rasping. Prosedur-prosedur ini dilakukan dengan tujuan membentuk jalinan vaskular yang akan bermigrasi dari sinovium menuju daerah luka dan mendukung respon penyembuhan.
Pendekatan terbaru telah dilakukan melalui aplikasi dari biologi sel dan biologi molekuler untuk meningkatkan penyembuhan dan regenerasi meniskus. Berbagai macam faktor pertumbuhan telah diidentifikasi sebagai molekul pengirim sinyal yang mengontrol perilaku mitogenik dan diferensiasi sel.
            Tantangan terbesar dari aplikasi faktor pertumbuhan pada saat ini adalah menemukan cara agar faktor yang telah dipilih dapat mencapai jaringan target. Karena dilusi yang cepat dan waktu paruh yang pendek, dosis tunggal faktor pertumbuhan mungkin tidak akan mencapai konsentrasi lokal yang adekuat untuk meningkatkan efek biologis yang signifikan.
            Walaupun teknik dari perbaikan meniskal dan meniscectomy parsial membatasi jumlah meniscectomy total yang dilakukan, tetapi ada beberapa keadaan dimana reseksi total dari jaringan adalah satu-satunya pilihan. Untuk memproteksi kartilago sendi lutut dari degenerasi setelah prosedur ini, dokter bedah telah melakukan beberapa pendekatan terhadap penggantian jaringan meniskal.
Tranplantasi meniskal merupakan pilihan rekonstruksi untuk pasien yang kehilangan meniskus akibat meniscectomy pasa masa lalu atau robekan meniskus yang tidak dapat diperbaiki. Penelitian laboratorium telah menyediakan bukti-bukti untuk penggunaan meniscal allograft secara klinis. Penelitian klinis telah membuktikan efektivitas dari prosedur ini dalam mengurangi nyeri dan pembengkakan serta dapat meningkatkan fungsi lutut. Hasilnya buruk pada pasien yang memiliki arthrosis tingkat lanjut dan hal ini merupakan kontraindikasi primer untuk prosedur ini. Seperti juga semua jaringan tubuh lainnya, tingkat keberhasilan dari transplantasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk persiapan jaringan, kecocokan jariangan antara donor dan penerima dan integritas biologikal dan biokemikal transplan untuk jangka panjang. Tujuan dari transplantasi meniskal adalah untuk melindungi kartilago artikular dari degenerasi yang progresif akibat meniscectomy.
Proses dari selular repopulasi membutuhkan migrasi dari sel-sel intrinsik menuju ke matriks meniskal, yang akan mengakibatkan pembentukan kembali struktural matriks. Efek biokemikal dari pembentukan struktural ini telah diteliti pada kambing dan dilaporkan bahwa graft dengan dengan derajat repopulasi selular yang paling tinggi memiliki distribusi beban yang paling tidak efektif. Selain itu, kemampuan dari sel-sel ini dalam mensintesis protein matriks dan mempertahankan matriks ektraselular sampai saat ini belum diketahui.
            Matriks sintetis dibuat dari kolagen yang telah direkonstruksi, submukosa usus halus, jaringan periosteal dan material lainnya yang dapat menggantikan jaringan meniskus yang rusak. Penelitian eksperimental inisial menunjukkan bahwa matriks sintetis memliki potensi dalam menggantikan meniskus.
            Teknik rekayasa jaringan menggunakan polimer yang dapat diabsorpsi oleh sel dan faktor pertumbuhan juga sedang dikembangkan. Menciptakan rekayasa jaringan meniskus membutuhkan pertimbangan bilogis yang spesifik seperti tipe sel, matriks, desain bioreaktor dan kondisi lingkungan. Sel meniskal, fibroblas, kondrosit dan sel induk mesenkimal diharapkan dapat bertindak sebagai sumber sel potensial dan telah dibiakkan baik secara in vivo dan in vitro.
            Transfer gen telah dikenal sebagai pendekatan baru untuk penyampaian faktor petumbuhan lokal. Penelitian terbaru memperlihatkan kemampuan untuk mentransfer fibrokondrosit meniskal dengan gen baru menggunakan teknik gen terapi. Beberapa peneliti telah menunjukkan kemampuan untuk mentransfer gen spesifik ke dalam sel`  meniskal  menggunakan vektor retroviral dan adenoviral. 


Meniskus Pada Sendi Lutut


Meniskus merupakan jaringan fibrokartilago yang terbentuk dari gabungan antara serabut-serabut kolagen dengan sel dan matriks ekstraselular. Meniskus merupakan komponen integral dari sendi lutut, dimana jejas pada daerah ini akan mengganggu mekanisme gerak lutut yang normal, sehingga mengakibatkan degenerasi kartilago artikular yang progresif. Satu faktor yang mempengaruhi terapi dari jejas pada meniskus adalah suplai darah yang terbatas pada meniskus. Beberapa penelitian telah mengevaluasi metode untuk meningkatkan suplai darah pada jaringan avaskular ini.
Meniskus merupakan jaringan fibrokartilago yang berbentuk huruf C. Batas perifer dari meniskus tebal dan melekat pada kapsul sendi, sedangkan batas dalam semakin menipis membentuk sudut bebas. Bagian anterior dan posterior meniskus melekat dengan kuat pada tulang melalui ligamen insersional. Pada manusia, bagian anterior meniskus datar berbentuk seperti kipas yang masuk pada tibial plateau pada fossa intercondylar, 6-7 mm anterior dari insersi ligamen cruciatum anterior (ACL). Bagian posterior dari meniskus melekat pada fossa interkondilar posterior tibia di antara pelekatan posterior dari meniskus lateral dan insersi tibial dari ligamen cruciatum posterior. Bagian anterior dari meniskus lateralis melekat pada fossa intercondylar anterior, tepat di belakang bagian anterior dari insersi tibial pada ACL. Bagian posterior dari meniskus lateralis melekat pada posterior tibia, eminensia intercondylar lateral dan permukaan anterior-posterior dari meniskus medialis. Kedua ligamen meniskofemoral (ligamen Humphry dan Wrisberg) terletak dari badan posterior meniskus lateralis sampai ke condylus femoral medialis, berdekatan dengan ligamen cruciatum posterior.
            Meniskus medialis secara erat berlekatan dengan kapsul sendi perifer dengan mobilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan meniskus lateralis. Meniskus lateralis mencakup persentase yang lebih besar dari permukaan artikular dibandingkan dengan meniskus medialis. Bagian perifer dari meniskus lateralis memiliki perlekatan yang longgar dengan kapsul sendi.

                                                        Gambar 1 : Anatomi Meniskus
                                                        Dikutib : Cambel

Meniskus merupakan struktur yang relatif avaskular dengan suplai darah perifer terbatas yang terutama berasal dari arteri genikular lateral dan medial. Percabangan dari pembuluh darah ini berhubungan dengan perimeniscal capillary plexus di antara jaringan synovial dan kapsular dari sendi lutut. Selama periode fetal, pembuluh darah dapat ditemukan pada daerah meniskus. Sejak lahir sampai masa anak-anak, densitas dari sel meniskus dan pembuluh darah menurun. Pada saat dewasa, penelitian anatomi menunjukkan bahwa derajat penetrasi pembuluh darah adalah 10-30% dari kedalaman meniskus medialis dan 10-25% dari kedalaman meniskus lateralis.

        Gambar 2 : Vaskularisasi pada Lateral Menisku
        Dikutib : Cambel

            Karena sebagian besar bagian dari meniskus avaskular, maka nutrisi didapatkan melalui proses difusi atau pompa mekanik. Mekanisme dengan pompa mekanik terjadi akibat adanya kompresi intrmiten pada jaringan selama tindakan menahan beban.
Seperti tulang, kartilago dan ligamen; meniskus terdiri dari sel-sel yang tersebar yang dikelilingi oleh matriks ekstraselular dalam jumlah besar. Matriks ekstraselular mengandung air sebanyak 65-75% dari berat total. Sebagian besar air tertahan di dalam jaringan dan menjadi bagian dari proteoglikan. Karena densitas matriks dan pori-pori meniskus yang kecil, dibutuhkan tekanan hidrolik yang sangat besar untuk menyebabkan aliran air melewati jaringan. Oleh karena itu, interaksi antara air dan struktur makromolekular dari matriks secara signifikan mempengaruhi viskoelastisitas dari jaringan.
            Struktur makromolekular dari jaringan meniskus terutama terdiri dari kolagen, yang berkontribusi sebesar 60-95% berat kering dari jaringan. Meniskus memiliki struktur kolagen yang unik, berhubungan dengan fungsinya. Lapisan superfisial terdiri lapisan tipis serabut halus. Di bawah lapisan superfisial terdapat kumpulan kolagen yang tersusun secara ireguler. Setelah itu, terdapat serat-serat yang tersusun sirkumferensial dan berlekatan dengan serat-serat yang tersusun radial. Ketika beban aksial menimpa sendi lutut, maka meniskus akan terkompresi dan menjauhi pusat sendi, yang mengakibatkan tekanan menyebar pada serat kolagen sirkumferensial. Penelitian biokimia menunjukkan bahwa meniskus lebih kuat dan lebih kokoh pada bagian sirkumferensial dibandingkan pada bagian radial.
            Protein nonkolagen juga merupakan salah satu struktur makromolekular yang membentuk meniskus. Dua protein nonkolagen spesifik terdiri dari protein penghubung (link protein) dan fibronektin  Protein pengikat dibutuhkan sebagai bagian dari formasi untuk menjaga agar agregat proteoglikan tetap stabil. Fibronektin berfungsi sebagai protein pelekat untuk sel-sel dalam matriks ekstraseluler.
Meniskus memiliki fungsi yang sangat penting pada sendi lutut, termasuk di antaranya adalah menahan beban, shock absorption, stabilitas sendi dan lubrikasi sendi. Kemampuan biokemikal dari meniskus tergantung pada karakteristik anatomi dan materinya.
Menahan Beban
            Selama menahan benda, meniskus mengalami kompresi dan stres. Ketika 1/3 dari meniskus bagian dalam hilang, kontak stres akan meningkat 65%. Peningkatan stres kompresi pada sendi mengakibatkan kerusakan kartilago artikular dan degenerasi. Oleh karena itu, bahkan meniscectomy parsial dapat mempengaruhi kemampuan meniskus untuk berfungsi dalam menyebarkan stres dengan merata pada sendi.


  Gambar 3 :  Fungsi Meniskus Sebagai Shock Absorption
   Dikutib dari : Cambel

Shock Absorption
Meniskus dapat dilihat sebagai medium bifasik yang terbentuk dari bagian cair (air di interstisial) dan bagian padat (kolagen, GAGs, dan protein matriks lainnya). Air di interstisial dan deformasi matriks yang padat selama menahan beban menyebabkan meniskus untuk beraksi sebagai material viskoelastik. Pada saat mengalami kompresi, meniskus bersifat mirip dengan kartilago artikular, kecuali tekanan osmotik yang tinggi tidak terdapat pada meniskus, akibat kadar proteoglikan yang rendah.
Bagian superior yang konkaf dan dan permukaan inferior yang datar dari meniskus sesuai dengan kondilus femoral dan tibia dan berkontribusi terdahap fungsinya untuk menstabilisasi sendi. Meniscectomy medial pada ACL intak memiliki efek yang kecil pada pergerakan anteroposterior. Walaupun demikian, pada ACL defisien di meniskus medial akan mengakibatkan peningkatan translasi pada anterior tibial mencapai 58% dari 90 derajat saat fleksi. Oleh karena itu, tekanan yang dialami oleh meniskus medial pada ACL defisien akan meningkat 52% pada ekstensi penuh dan 197% pada fleksi dengan beban di bawah 134-N.

Gambar 4. Stabilitas Sendi Lutut oleh Meniskus
Dikutib dari :  Einhorn

Meniskus memiliki kontribusi yang signifikan pada kenyamanan sendi. Air dapat mengalir keluar menuju ruangan sendi jika terdapat beban kompresi dan hal ini akan menambah lubrikasi. Meniskus juga dapat membantu dalam pemberian nutrisi pada kartilago artikular dengan cara membantu mempertahankan lapisan cairan sinovial di atas permukaan artikular dan dengan menekan cairan sinovial menuju ke kartilago artikular.

Nyeri Bahu Karena Robekan Rotator Cuff

Rotator cuff berfungsi sebagai depressor kepala humerus untuk melawan tarikan dari otot longitudinal deltoid, triceps, pektoralis minor dan coracobrachialis, dan perannya terbesar sebagai stabilizer antara 30 dan 75 derajat saat melakukan elevasi humerus, dan elevasi diatas 120 derajat rotator cuff  tidak lagi berfungsi sebagai stabilisasi. Kontraksi dari  rotator cuff menempatkan kepala humerus pada  glenoid sehingga meningkatkan stabilitas dari sendi bahu. Baik cuff anterior dan posterior harus bekerja secara bersamaan untuk menjaga stabilitas, jika ada  salah satu fungsi yang terganggu  dapat menyebabkan terjadi translasi dari sendi bahu dan  kompresi akan  hilang. Suplai  vaskular untuk otot supraspinatus adalah melalui arteri suprascapular dan pasokan darah lebih lemah pada sisi artikular, dan bundel kolagen yang ada juga kurang teratur dan lebih kecil.
Studi cadaver menunjukkan insiden rotator cuff  sebesar  5-30% dan meningkat frekuensinya  dengan bertambahnya usia.  rotator cuff tear yang terjadi sebagian lebih umum pada pasien yang lebih muda, sedangkan rotator cuff tear yang total terjadi pada  usia tua. Pasien dengan usia lebih tua dari 77 tahun memiliki insiden terjadinya  rotator cuff tear yang total lebih dari 50%, dan Rockwood mengatakan kejadian ini adalah kondisi yang normal dari suatu proses  penuaan dan  rotator cuff tear  jarang terjadi pada primer osteoartritis pada glenohumeral.
Disebabkan karena terjadinya penjepitan dari rotator cuff pada lengkung coraco-acromial  khususnya pada posisi bahu fleksi, abduksi dan internal rotasi. Neer merasa bahwa penjepitan terjadi terhadap permukaan bawah dari anterior 1/3 dari akromion  Faktor-faktor yang menyebabkan penjepitan dari rotator cuff dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (intratendinous) dan ekstrinsik (extratendinous). Penelitian lain diklasifikasikan sebagai primer, atau sekunder.
Faktor predisposisi terjadinya patologi pada  rotator cuff  meliputi:
1.      Bentuk Acromial – Semakin meningkatkan kelengkungan menyebabkan meningkatnya tekanan pada rotator cuff.
2. Anterior acromial spurs - terlihat pada 7% pasien sampai dengan usia 50 
     tahun dan  30% pada  pasien yang lebih tua dari 50 tahun.
3. Acromiale Os - ditemukan di 8% pasien, 1/3 nya adalah bilateral.
Mungkin robekan dari  rotator cuff  disebabkan oleh iskemia, disebabkan hypovascularity  pada tendon supraspinatus sekitar 1cm proksimal dari insersinya (Rathburn dan Macnab). Hawkins mengatakan bahwa teori ini saling melengkapi, yaitu terjadinya  penjepitan secara mekanik di daerah tendon yang hypovascular. 
Apley menggambarkan urutan dari kelainan pada rotator cuff, yaitu terjadinya kelemahan, robekan dan perbaikan. Pasien muda dengan robekan rotator cuff, memiliki respon penyembuhan yang baik, tetapi  sangat menyakitkan (tendonitis akut) tetapi prosesnya relatif singkat. Pasien yang lebih tua memiliki respon penyembuhan yang kurang baik tetapi kurang menyakitkan dan prosesnya lebih kronis (tendonitis kronis). Robekan pada rotator cuff yang total  biasanya terjadi pada orang tua, rasa sakit hanya berlangsung singkat tetapi tidak akan  pernah terjadi perbaikan.
Neer menjelaskan tiga tahapan penjepitan:
1. Edema dan perdarahan
a. Khas berumur kurang dari 25 tahun
b. Differential diagnosisnya adalah subluksasi atau arthritis sendi AC
c. Pengobatan secara konservatif
2. Fibrosis dan Tendinitis
a.   Khas usia 25-40
b. Differential diagnosisnya adalah frozen shoulder, kalsifikasi
      tendinitis
c.    Nyeri berulang dengan aktivitas
d.   Pertimbangkan bursectomy, pemotongan ligamen AC
3. Osteofit pada tulang dan ruptur tendon
a.  Khas usia lebih dari 40 tahun
b.  Differential diagnosisnya servikal radiculopati atau neoplasma
c.  Ketidak mampuan untuk menggerakan sendi
d. Terapinya berupa acromioplasty bagian anterior dan perbaikan
     robekan yang terjadi pada rotator cuff
Pada kasus yang akut pasien biasanya meneluh yeri pada bahu timbul setelah aktivitas berat, bahu terasa nyeri sepanjang tepi anterior akromion, dan nyeri tekan di atas tuberositas dan nyeri akan berulang terutama dengan bahu dalam kondisi ekstensi. Ketika humerus dalam posisi fleksi tendon supraspinatus akan menghilang di bawah akromion dan nyeri akan  berkurang.   
Pada kasus yang kronis pasien biasanya berusia  40-50 tahun yang memiliki riwayat tendonitis subakut yang  berulang, nyeri bertambah buruk pada malam hari, pasien tidak bisa berbaring di sisi yang terkena dan  lebih nyaman bila duduk. Nyeri ini lebih buruk timbul pada  kegiatan yang sangat berat. Tanda-tanda yang mirip dengan tendonitis subakut ditambah dengan putusnya tendon long head bicep. Neer mengatakan  bahwa 50% pasien dengan robekan pada rotator cuff tidak dapat mengingat apakah pernah cedera pada bahunya. 
Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk mendiagnosa adanya robekan dari rotator cuff  dan pemeriksaan ini tergantung pada operator. Diagnosis terdapat robekan yang besar pada rotator cuff   bila terdapat  nonvisualization dari tendon SubScapularis dan otot deltoid sehingga yang tanpak langsung korteks humerus. Robekan rotator cuff yang besar ditunjukan sebagai daerah hypoechoic meluas hingga rotator cuff; dengan terdapatnya cairan bursal di subdeltoid mendukung diagnosis. Jika robekan dari rotator cuff  cukup besar mengakibatkan otot deltoid berdekatan dapat masuk ke dalam celah tendon.
Sedangkan pada pemeriksaan MRI dipergunakan untuk melihat kondisi rotator cuff, tetapi lebih dari 1/3 pasien tidak memiliki keluhan walaupun dalam MRI tanpak adanya robekan pada rotator cuff. Pemeriksaan MRI lebih baik untuk mendiagnosa robekan rotator cuff  lebih baik dari pada dengan USG. Robekan dari rotator cuff  dibagi menjadi beberpa grade, yaitu ; kecil (kurang dari 1cm), sedang (1-3 cm), dan besar (3-5cm), massif (lebih besar 5cm). pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk melihat derajat artopaty dan fibrosis dari rotator cuff dan untuk, bila otot sudah menjadi fibrosis dan terrektraksi, maka tidak akan dapat sembuh kembali. Bila pada pasien dengan robekan rotator cuff  grade III dan pada MRI menunjukan terjadinya retraksi pada rotator cuff ke glenoid dengan artropi yang hebat sudah dapat dipastikan tidak akan dapat sembuh secara spontan.             Terapinya pada fase pertama diberikan dalah dilakukananya rehabilitasi dan pengurangan   peradangan   dari tendon dengan cara diistirahatkan dan menghindari posisi abduksi dan internal rotasi danobat antiinflamasi. Penyuntikan steroid di subacromial dapat diberikan untuk mengurangi nyeri. Setelah fase inflamasi sudah dilewati segera dilakukan pergerakan sendi, sedangkan pada fase terakhir dilakukan latihan pada otot rotator cuff  dan deltoid. Melakukan pekerjaan yang terlalu berat harus dihindari. Terapi non operative efektif pada lebih dari 90 % pasien. Hasil yang kurang memuaskan tercatat pada orang tua dan pada pasien dengan bentuk acromion yang berbentuk kurva. Bila tindakan konservatif tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dalam jangka waktu 6-12 bulan, maka tindakan opeartif dapat menjadi pertimbangan.
Indikasi tindakan operasi adalah terdapatnya kegagalan pada tindakan konservatif, dan terdapatnya robekan pada rotator cuff  yang total dengan nyeri atau terdapatnya keluhan kelemahan pada otot bahu.
Neer menyarankan pada robekan rotator cuff grade 2 yang telah berlangsung 1 tahun untuk melakukan eksisi pada subacromial bursa dan pemotongan dari coracoacromion ligament dari sebelah medial acromion, dan tidak melakukan acromyoplasty. Tindakan acromyoplasty dapat dilakukan dengan cara dibuka secara langsung ataupun tindakan artroscopy tindakan artroscopy digunakan untuk melihat kedua sisi dari rotator cuff, dan dapat melihat secara visual kelainan dari glenohumeral atau labrum. Tindakan ini pertama bertujuan untuk melihat lokasi dari robekan, dan apakah  disertai dengan kelainan pada articular, kemudian dilakukan insisi kecil pada otot deltoid untuk melihat rotator cuff. Tindakan ini untuk meminimalisasi otot deltoid yang terlepas dari acromion, sehingga mengurangi komplikasi resiko katrastropik disfungsi dari otot deltoid, tapi tidak mengurangi waktu untuk rehabilitasi, karena keadaan ini tergantung dari penyembuhan  rotator cuff.
Robekan  pada rotator cuff  lebih dari 50 % harus dilakukan tindakan debridement, sedangkan robekan yang lebih besar dari ini harus diterapi dengan eksisi dan dilakukan perbaikan pada rotator cuff. Tindakan debridement harus dikombinasikan dengan decompresi dari subacromial, dan dilanjutkan dengan acromyoplasty bila bentuk acromionnya berbentuk curva, CA ligament dilakukan pemotongan dan dilakukan bursectomy pada acromion tipe I.